Kamis, 04 April 2013

cara membaca EKG

EKG atau elektrokardiograf diciptakan oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Dr Willhelm Einthoven pada tahun 1903, sehingga ia dianugerahi dengan Hadiah Nobel pada tahun 1924. EKG bekerja berdasarkan prinsip yang cukup sederhana. Dimana jantung sehat yang normal akan memompa darah ke seluruh tubuh jika dirangsang oleh sinyal listrik yang bergerak menjalar sepanjang jalur yang telah ditentukan. EKG adalah alat yang melacak kekuatan dan arah dari sinyal listrik ini. Sebuah lead yang dilengkapi dengan bahan konduktif akan ditempatkan pada bagian tubuh yang berbeda sehingga memungkinkan melacak sinyal listrik pada jantung dari sudut yang berbeda.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3_J1szuhshBEJNsgNf-oOtWRX3evRHlw-lziRhlufPdNFWiOwjDUor1j-f9xmZaA3RCXmh2iUagrrwMu2MuZiF7liAguL5ZH62dQKvGfZnMyBC4XnxfmiPZRlEIiy9HeNApXvD-7tWe9w/s320/EKG+Digital.jpg

Jika perjalanan sinyal listrik jantung mengarah menuju ke lead maka akan menghasilkan garis yang naik pada grafik (defleksi positif). Jika perjalanan sinyal listrik jantung bergerak menjauhi lead maka akan menghasilkan garis turun (defleksi negatif). Gambaran perjalanan sinyal listrik jantung ini kemudian akan digambarkan pada selembar kertas grafik. Dalam jantung sehat yang normal, sebuah EKG yang mewakili satu detakan jantung lengkap akan terlihat seperti gambar di bawah ini:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3IWXWwD_g5TEeB7olnLexPsb0Qan614iArr-r2ufZCRLtBW4vvRZ-YXzpP2W4u5bkXHiwvskjOz0i9j0QQu4S1_65onNWd4IvOA8Zv1jYHUMIXYPkTO5k-WC1UNkc7c6HwYtIcBxdi4am/s400/ekg.png

  • Gelombang pertama yang berukuran kecil disebut gelombang P. Gelombang P merupakan sinyal listrik yang dimulai dalam kelompok sel yang disebut nodus sinoatrial (nodus SA). Sinyal ini kemudian akan berjalan melalui atrium menyebabkan kedua atrium berkontraksi dan mendorong darah ke ventrikel di bawahnya.
  • PR Interval merupakan perlambatan sinyal pada kelompokan sel yang disebut nodus atrioventrikular (nodus AV). Perlambatan ini memberikan waktu bagi atrium untuk mengosongkan darah di dalamnya ke dalam ventrikel.
  • Sinyal listrik kemudian berlanjut ke berkas His lalu berpisah menuju cabang di kiri dan kanan, dan akhirnya sampai ke serat Purkinje. Sinyal listrik kemudian merangsang ventrikel berkontraksi dan memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh. Perjalanan sinyal listrik ini diwakili oleh komplek QRS dari EKG.
  • Sedangkan gelombang T adalah proses yang menggambarkan ketika ventrikel mengalami repolarisasi.

Pola ini disebut irama sinus normal. Dan merupakan gambaran dasar dari setiap EKG jantung sehat yang normal. Tentu ada juga variasi yang normal dalam individu yang sehat. Misalnya, seorang atlet bulu tangkis akan memiliki gelombang R yang tinggi, karena ventrikel kiri pada atlet biasanya lebih besar dibanding orang yang bukan atlet. Namun, gambaran apa pun di luar kisaran normal akan dianalisis bersamaan dengan gejala-gejala pasien untuk membuat diagnosa kerja.

Ada beberapa jenis kelainan umum. Interval PR yang terlalu panjang disebut first degree block (blok tingkat pertama). Perlu diketahui, setiap kotak kecil pada strip EKG modern mewakili 0,04 detik pada sumbu horisontal. Dan setiap kotak besar mewakili 0,20 detik. Sebuah QRS yang durasinya lebih dari 0,12 detik kemungkinan disebabkan oleh perlambatan pada salah satu atau kedua cabang berkas His, yang disebut bundle branch block. Kurang lengkapnya gelombang P, dan dikombinasikan dengan detak jantung yang tidak teratur kemungkinan merupakan tanda penyakit fibrilasi atrium. Dan masih banyak lagi kelainan irama EKG yang lainnya yang tidak mungkin dibahas pada satu posting ini.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjnVpmnlYx8AalFHgADEhA6Z1kNX3YQC2kGWv_JUOpzoO8-Ks6wC8JR5yzVom76UcqEtnfLfAVE4H_m875_AZSEMcojnVdEMcc7abg5vYEdwJptx1ipU0-UrxRQf1ePXWj4wY-fqNhG_8q/s320/tracer.gif

Dan yang biasanya membuat dokter atau paramedis bersemangat adalah ketika mereka melihat peninggian segmen ST berturut-turut pada beberapa lead. Hal ini merupakan grafik EKG yang biasanya dijumpai pada seorang yang menderita infark miokard ST (serangan jantung). Jika anda tertarik mengetahui lebih dalam apa yang sesungguhnya terjadi selama serangan jantung, baca post BerbagaiHal yang berjudul Proses Bagaimana Serangan Jantung Terjadi.

Hal yang menarik dapat ditemukan pada grafik EKG walaupun terjadi sangat jarang, dimana EKG menunjukkan garis datar, yang disebut asistol, padahal jantung masih berdetak dan memproduksi sinyal listrik. Karena hal ini, untuk mengkonfirmasi kematian pasien, biasanya para dokter harus mencari dan menemukan asistol pada lebih dari satu lead. Hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi, dan lebih umum, dimana grafik EKG masih menunjukkan aktivitas jantung, setelah seseorang meninggal dan jantung mereka tidak lagi memompa darah. Hal ini disebut dengan PEA (pulseless electrical activity), yang menunjukkan sisa dari sistem listrik jantung yang masih berfungsi walaupun otot jantungnya sendiri telah mati.
v

Selasa, 02 April 2013

pneumokoniosis


Nama                               : Viena Fatikhah

Tugas                     : Patologi (Pneumokoniosis)


      I.          Pengertian

Pneumokoniosis adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu di dalam jaringan paru-paru . Biasanya berupa debu mineral , tergantung dari jenis debu mineral yang ditimbun , nama penyakit nyapun berbeda-beda , tergantung dari derajat dan banyaknya  debu yang ditimbum didalam paru-paru

Ketika bernafas udara yang mengandung debu masuk kedalam paru-paru , tidak semua debu dapat menimbun didalam jaringan paru-paru , karena tergantung dari besar ukuran tersebut.

    II.          Jenis debu yang masuk, Debu-debu :

·       yang berukuran 5 – 10 mikron akan ditahan oleh jalan nafas bagian atas.
·       sedangkan yang berukuran 3 – 5 mikron ditahan dibagian tengah jalan nafas.
·       Partikel-partikel yang berukuran 1 – 3 mikron akan ditempatkan langsung di permukaan jaringan dalam paru-paru.

  III.          Gejala-gejala yang terjadi

Secara umum gejala – gejalanya antara lain batuk – batuk kering saat nafas , kelelahan umum , berat badan berkurang dan lain-lain
Gambaran Rontgen menunjukkan adanya kelainan dalam paru – paru , namun pemeriksaan ditempat kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga sebagai penyebab pneumokoniasis

  IV.          Beberapa penyakit termasuk dalam pneumokoniasis yang banyak dijumpai antara lain :

1.     SILIKOSIS

Silikosis adalah peneumokoniasis yang disebabkan menghisap ( inhalasi ) debu silica bebas ( SiO2 )
Pekerja yang berisiko mengakibatkan penyakit ini antara lain menambang dan ekstraksi batu batu keras , pekerja tehnik sipil dengan batu-batu keras , penghalusan dan pemolesan batu , pabrik keramik serta pekerja – pekerja yang menggunakan pasir sebagai amplas

a.     Tergantung berat pada ringannya penyakit , silicosis digolongkan menjadi 3 tingkat:
·       Silikosis sederhana , ditandai dengan sesak nafas  ( dysnoea )  ketika bekerja , mula-mula ringan kemudian bertambah berat , kadang-kadangdisertai batuk kering atau tanpa dahak sreta gangguan bekerja sedikit atau hamper tidak terganggu sama sekali

·       tingkat sedang selalu ditemui gangguan kemampuan untuk bekerja atau kemampuan bekerja yang sangat berkurang.

·       sedangkan pada tingkat berat sesak nafas mengakibatkan cacat total atau tidak mampu melakukan pekerjaan sama sekali

Hal yang perlu diwaspadahi para pekerja yang terpapar silica memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit tubercolusis 

b.     Faktor Penyebab penyakit  tubercolusis adalah bakteri Myo Bacterium Tuberculosis , factor yang mempermudah penyebaran penyakit infeksi ini antara lain:
·       lingkungan kerja yang padat dengan tenaga kerja
·       gizi buruk
·       serta tingginya angka kesakitan  penyebab tuberkolusis

Hubungan paparan kumulatif ( penjumplahan kadar diudara dan lamanya paparan  ) serta lamanya debu didalam paru-paru Sampai saat ini belum jelas mekanisme silika bebas menimbulkan sislikosis ,

c.     empat teori tentang mekanisme Silika

a)    Teori mekanisme yang menganggap permukaan runcing debu-debu merangsang terjadinya penyakit.
b)    Teori electromagnetic yang menduga bahwa gelombang gelombang electromagnetic sebagai penyebab fibrosis paru-paru
c)     Teori silikat yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan air dan jaringan paru-paru  , sehingga terbentuk silikat yang mengakibatkan kelainan pada paru-paru
d)    Teori immunologis , dalam halmini tubuh mengadakan zat anti yang bereaksi di paru-paru dengan antigen yang berasal dari debu


2.      Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh  debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama  adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak  maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3.      Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempatpembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4.      Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang  menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

5.      Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis  yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis  mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja  yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.

    V.          Pneumokoniosis Jinak (Benign Pneumoconioses)  
Pneumokoniosis Jinak (Benign Pneumoconioses) adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya sejumlah besar debu di dalam paru-paru, yang sifatnya jinak. Debu yang terhirup adalah debu di udara yang pada proses inhalasi tertahan di paru-paru.
Jumlah debu yang tertimbun tergantung kepada lamanya pemaparan, konsentrasi debu di dalam udara yang terhirup, volume udara yang dihirup setiap menitnya dan sifat pernafasannya.
Pernafasan yang lambat dan dalam, cenderung akan mengendapkan lebih banyak debu daripada pernafasan yang cepat dan dangkal. Debu di dalam paru-paru menyebabkan suatu reaksi jaringan, yang jenis dan lokasinya bervariasi, tergantung kepada jenis debunya.
  VI.          PENYEBAB
Pneumokoniosis jinak bisa disebabkan oleh terhirupnya debu logam besi, perak/kaleng dan barium. Siderosis terjadi sebagai akibat dari terhirupnya oksida besi, baritosis terjadi karena menghirup barium dan stannosis terjadi karena terhisapnya unsur-unsur perak. Pemaparan debu besi terjadi pada proses penambangan, penggilingan dan pemotongan logam. Terhirupnya debu besi, perak maupun barium, menyebabkan perubahan struktur paru yang sangat ringan sehingga hanya menimbulkan sedikit gejala. Tetapi reaksi jaringan ini bisa terlihat pada rontgen dada sebagai sejumlah besar daerah-daerah kecil yang tidak tembus cahaya. Selama proses inspirasi (menghirup udara), partikel debu di udara yang memiliki garis tengah lebih dari 10 mm, disaring oleh bulu-bulu di hidung. Partikel debu lainnya, yang masuk melalui mulut, disimpan di dalam saluran pernafasan bagian atas. Partikel debu yang berdiameter 5-10 mm, cenderung akan tinggal di dalam lendir yang menyelimuti bronkus dan bronkiolus, kemudian disapu ke arah tenggorokan oleh rambut-rambut lembut (silia). Dari tenggorokan mereka akan dibatukkan atau dibuang, tetapi beberapa diantaranya ada yang tertelan. Partikel berdiameter kurang dari 5 mm, lebih mudah mencapai jaringan paru-paru.
 
VII.          GEJALA
Meskipun debu dari logam tersebut tampak jelas pada foto dada, tetapi tidak menimbulkan banyak reaksi di paru-paru sehingga tidak timbul gejala maupun gangguan fungsi paru.

VIII.          DIAGNOSA
Pada rontgen dada tampak nodul tak tembus cahaya yang berbentuk bundar atau menyerupai jala.
  IX.          PENGOBATAN
Karena tidak timbul gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.

ANEMIA


BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Anemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia jumlah penderita anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6–18 tahun) mencapai 65 juta jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita,remaja putri,ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa! ”Artinya, secara kasar bisa dikatakan bahwa satu di antara dua penduduk Indonesia menderita anemia.Dalam survei  juga terlihat angka kejadian anemia lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak perempuan, dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi selanjutnya. Ini mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan melahirkan.

Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa puber. Atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.


Sebenarnya, anemia dapat dicegah dengan mudah. Namun karena masyarakat terlalu menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah, letih, dan lesu saja. Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan menyebabkan kematian bagi ibu hamil.
2.    Tujuan
·       Tujuan umum
     memenuhi tugas Sosiologi Kesehatan
Memberikan asuhan pada ibu yang mengalami komplikasi pasca operasi


·       Tujuan khusus
Mengetahui bahaya terjadi komplikasi pada ibu nifas
Mengatahui cara pencegahan anemia
Bagaimana cara memberi pelayanan pada pasien yang mengalami anemia post sc


Manfaat
      Bagi penulis
Menambah pengetahuan tentang cara member pelayanan kepada ibu nifas yang mengalami anemia.
       Bagi tenaga perawat
Untuk memperdalam ilmu pengetahuan dalam member perawatan pada ibu yang mengalami anemia dan bagaimana cara mencegahnya.





BAB II
ISI

1.     A. Pengertian Anemia
Anemia dalam bahasa Yunani: Tanpa darah, Jadi keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .

B.    Penyebab Anemia
 Menurut Mochtar (1998) Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit  kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain



C.    Komplikasi Akibat Anemia
Komplikasi anemia pada umumnya yang ringan dapat berupa ; kurangnya konsentrasi, daya tahan tubuh yang berkurang, sampai yang berat bisa menyebabkan gagal jantung, Anemia pada kehamilan dapat memberikan komplikasi  :
ü  pada ibu berupa ; abortus,kelahiran prematur,waktu bersalin yang berkepanjangan /lama, pendarahan persalinan, shock, gagal jantung
ü  Pada anak beruoa ; prematur,kematian janin,cacat bawaan,cadangan besi yang kurang
Komplikasi anemia pada anak dapat berupa penurunan kecerdasan, terganggunya perkembangan koordinasi mental maupun motorik serta mempengaruhi emosi bayi sehingga lebih penakut, ragu- ragu. Dan bila tidak diindahkan kelainan ini bisa bersifat irreversible.


2.     A. Anemia Pada Ibu hamil
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).

B. Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

D.    Mengapa Ibu Hamil Rentan Terkena Anemia
untuk Ibu yang sedang hamil memang sangat rentan terhadap serangan penyakit anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.
Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia. Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia.
Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi jantung.  Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin sehingga dapat dilakukan terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering adalah karena kurang besi,

E.    Bahaya Anemia pada Kehamilan
Penyebab kematian ibu dibagi 2 yaitu penyebab secara langsung (perdarahan, infeksi dan eklampsia) dan penyebab secara tidak langsung diantaranya yaitu anemia dalam kehamilan. Anemia dalam kehamilan ialah suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III atau kadar Hb < style="color: rgb(255, 0, 0);">PENYEBAB ANEMIA PADA KEHAMILAN Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
F.     Klarifikasi Anemia pada kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
a)    Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
Ø  Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
Ø  Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
·       Hb 11 gr% : Tidak anemia
·       Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
·       Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
·       Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

b)    Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.Pengobatannya:
·       Asam folik 15 – 30 mg per hari
·       Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
·       Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
·       Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.


c)     Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

d)    Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

G.   Efek Anemia pada Ibu Hamil, Bersalin,dan Nifas
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil,
v Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital.
v Trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
v Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
v Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
* Lakukn Pemeriksaan Hitung Darah Lengkap
Untuk mengetahui terkena Anemia atau tidak, segera lakuakan pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count). Jika sel darah merah rendah (kehamilan mengalami anemia), wanita hamil membutuhkan suplemen tambahan untuk memastikan perkembangan bayi yang sehat. Segera cari cara terbaik untuk menangani Anemia.

* Konsultasikan Pada Dokter
Periksa kondisi kandungan dan kesehatan tubuh pada dokter. Jika saat kehamilan mengalami tanda-tanda Anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk menanganinya. Biasanya dokter akan memberi resep obat atau melakukan penanganan anemia, bisa dilakukan secepat mungkin atau menunggu setelah proses melahirkan.
* Mengurangi Pola Diet
Kurangi proses diet saat kehamilan, karena perubahan pola makan dapat berdampak pada jumlah sel darah merah. Asam folat dan vitamin C bisa membantu mengaktifkan zat besi dalam aliran darah dan konsumsi makanan seperti daging, biji-bijian, tahu yang kaya zat besi.
Anemia tidak bisa dibiarkan begitu saja, tentunya sangat diperlukan penanganan dan pengobatan yang tepat. Seimbangan pola hidup anda agar tubuh selalu sehat selama menjalani kehamilan, disarankan untuk memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh.


I.       Terapi yang dapat diLakukan di Rumah
Penyakit anemia atau kurang darah / hemoglobin dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi jus wortel, bayam, kelapa, celery, bit, dan timun. Aturan terapinya adalah sebagai berikut:
·       Pagi: Wortel 1 gelas, bayam 1/2 gelas
·       Siang: Wortel 1 gelas, kelapa 1/4 gelas
·       Sore: Wortel 1 gelas, celery 1/2 gelas, bayam 1/3 gelas
·       Malam: Wortel 1 gelas, bit 1/3 gelas, timun 1/3 gelas
Dengan pengobatan yang rutin dan teratur, niscaya sakit anemia dapat diatasi.


J.     Waspadai jika anda mengalami
·       Pendarahan berkepanjangan, sehingga proses pengurutan rahim terganggu karena dinding rahim kurang kuat berkontraksi.
·       Anemia pada masa nifas tidak segera diatasi, sehingga menyebabkan rahim tidak mampu berkontraksi (anemia) atau kontraksi sangat lemah (hipotonia)
·       Cukupi kebutuhan zat besi (fe) disertai vitamin sejak sebelum hamil. Bila perlu dokter akan member suplemen zat besi.
·         Dokter akan member tranfusi darah apabila hb anda kurang dari 7 gram persen.


K.   KONDISI SOSIAL BUDAYA BERPANTANG MAKANAN DAN IMPLIKASINYA PADA KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL

 Kondisi sosial budaya berpantang makanan dan implikasinya pada kejadian anemia ibu hamil (Studi kasus pada masyarakat pesisir Wilayah Kerja  Puskesmas Abeli di Kota Kendari) Tahun 2010 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor sosial budaya ibu hamil anemia dalam berpantang makan pada masyarakat pesisir wilayah kerja Puskesmas Abeli di Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Cara mendapatkan informasi melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasi lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat kepercayaan berpantang makan yang kaya akan zat besi meliputi golongan hewani, nabati, dan gabungan keduanya disamping terdapat juga makanan yang dianjurkan dikonsumsi yang berasal dari golongan nabati. Berpantang makan golongan hewani yakni cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telur bebek dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, sayur terong, nangka dan papaya muda serta beberapa jenis buah-buahan. gabungan keduanya berupa mengurangi porsi makan selama hamil dan pantangan makan di waktu-waktu tertentu.
Kesimpulan penelitian ini adalah aspek sosial budaya yang berperan dalam kejadian anemia adalah kepercayaan berpantang makanan tertentu yang kontribusi terhadap kejadian anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.







L.     Hasil Penelitian yang di Lakukan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang dipantang oleh ibu hamil selama masa kehamilan terdiri atas golongan hewani, golongan nabati dan gabungan dari keduanya (golongan nabati dan hewani). 
Makanan yang dipantang ibu hamil dari golongan hewani adalah cumi-cumi, gurita, kepiting, daging, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan pari, ikan yang tidak memiliki lidah, ikan yang memiliki banyak duri (terundungan) dan telur bebek. Kepercayaan berpantang makan ini didasarkan atas hubungan asosiatif antara bahan makanan tersebut menurut bentuk atau sifatnya dengan akibat buruk yang akan ditimbulkan bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil berpantang makan cumi-cumi sebab cumi-cumi berjalan maju mundur diasosiasikan dengan proses melahirkan yang sulit di pintu lahir, bayi akan menyulitkan persalinan dengan maju mundur pada saat proses kelahiran.
Kepiting dilarang karena dikhawatirkan anak akan nakal dan suka menggigit jika besar. Gurita dilarang sebab bersifat lembek diasosiasikan dengan bayi yang juga akan lemah fisiknya seperti gurita. Kepiting dan udang yang baru ganti kulit dilarang sebab bertekstur lembek tidak bertulang diasosiasikan dengan anak yang juga akan lemah tak bertulang jika lahir, begitu juga dengan ikan pari dipantang karena memiliki tulang lembut dipercayai akan menyebabkan bayi juga bertulang lembut, daging dipantang karena dikhawatirkan ibu akan kesulitan melahirkan jika bayinya terlalu sehat, ikan yang bemiliki banyak duri (terundungan) dilarang karena akan menyebabkan perasaan ibu hamil tidak enak dan menimbulkan rasa panas selama kehamilan, telur bebek dipantang karena akan menyulitkan persalinan.
Makanan yang dipantang oleh ibu hamil dari golongan nabati adalah mangga macan, durian, nenas, nangka, sayur rebung, pisang kembar, daun kelor, nangka muda, kelapa muda, pepaya muda, terong dan tebu.
Ibu hamil berpantang makan mangga macan, durian, nenas, dan nangka karena dianggap bersifat panas dikaitkan dengan keyakinan dikotomi panas dingin. Ibu hamil dianggap dalam kondisi dingin sehingga tidak boleh makan makanan yang sifatnya panas sebab dapat menyebabkan keguguran kandungan pada umur kehamilan muda. Kelapa muda dipantang pada awal kehamilan karena dapat mengakibatkan keguguran, rebung dilarang karena dikhawatirkan akan menyebabkan anak memiliki banyak bulu/rambut jika lahir, pisang kembar dipantang diasosiasikan anak juga akan kembar jika lahir, daun kelor dilarang karena mengandung getah yang pedis yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran dikenal dengan sebutan “getah kelor”, juga karena daun kelor yang berakar diasosiasikan dengan ari-ari bayi yang juga akan berakar.
Ibu hamil berpantang mengkonsumsi nangka muda karena nangka muda juga memiliki getah yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran. Pepaya muda dipantang karena dapat menyebabkan gatal-gatal pada ibu hamil dan bayi yang ada didalam kandungan. Terong dilarang karena juga dapat mengakibatkan gatal-gatal pada ibu dan bayinya. Tebu dilarang karena akan menyebabkan rasa sakit karena ibu akan mengeluarkan banyak air mendahului proses kelahiran diasosiasikan dengan tebu yang juga mengandung banyak air.
Berpantang makan dari golongan hewani dan nabati berupa: mengurangi porsi makan (kuantitas), pantangan makan sembunyi-sembunyi, dan pantangan makan di waktu-waktu tertentu. Berpantang makan dipiring besar juga disertai tidak boleh makan dengan beberapa piring.
Makan dipiring besar diasosiasikan dengan bayi yang juga akan memiliki ari-ari yang besar dan dapat menyulitkan persalinan. Makan dipiring terpisah diyakini akan mengakibatkan proses melahirkan akan tersendat-sendat. Makan sembunyi-sembunyi saat hamil di yakini akan menyulitkan persalinan dengan keluarnya feses pada saat melahirkan. Makan diwaktu magrib dipantang sebab waktu magrib diasosiasikan dengan waktu keluarnya makhluk halus yang dapat membahayakan kehamilan.
Informasi yang diperoleh dari salah satu tokoh masyarakat (HS, 71 tahun) mengenai pantangan dan larangan selama kehamilan, larangan-larangan dan pemali-pemali banyak ditemui pada suku Bugis, Buton dan Bajo. Khusus pada suku Tolaki kepercayaan dan pantangan-pantangan tersebut sudah jarang ditemukan bahkan tidak ada. Hal ini juga di dukung dengan hasil observasi kepada salah satu ibu hamil dari Suku Tolaki (ER, 32 tahun) yang menyatakan bahwa selama hamil dari anak pertama hingga anak ketiga tidak ada pantangan makan dan pemali yang dianut dan dilaksanakannya.
M.   Pembahasan dari Penelitian
Penyebab anemia dalam kehamilan sebenarnya merupakan rangkaian masalah sejak seorang wanita lahir sampai dengan tuanya. Di dalam proses daur hidup ini kehamilan bisa menjadi sebuah tahapan yang menjadi akibat dari proses sebelumnya. Seorang ibu hamil umumnya mengalami anemia, bukan saja karena kehamilannya, tetapi karena anemia yang dibawa sejak usia reproduktif. Secara umum sebagaimana dinyatakan oleh Adrina dkk (1998) dalam Zaluchu (2007), adalah lazim adanya kepercayaan-kepercayaan tertentu, menyangkut ibu hamil dan anak yang dikandungnya, sehingga bagi ibu hamil dikenakan banyak keharusan atau larangan tertentu baik yang
berhubungan dengan makanan yang boleh atau tidak dikonsumsi termasuk perbuatan yang dianjurkan maupun yang dipantang selama kehamilan. Masyarakat dimanapun di dunia memiliki kategori-kategori tentang makananan yang dikenalnya dalam lingkungan yang didasarkan atas konsepsi budaya. Dalam kategori makanan itu, bahan-bahan makanan yang dikategorikan sebagai makanan juga termasuk pemahaman tentang makna secara budaya cara mengkonsumsinya maupun kelompok yang mengkonsumsinya.
Kategori makanan bagi wanita hamil berkenaan dengan pandangan budaya tentang makanan yang dianggap baik sehingga harus dikonsumsi maupun yang dianggap dapat memberikan dampak buruk bagi dirinya dan bayi dalam kandungannya sehingga harus dihindari. Makanan yang dianggap baik digolongkan sebagai makanan yang dianjurkan dan makanan yang memberikan dampak buruk digolongkan sebagai makanan yang dipantang.
Makanan pantang adalah bahan makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya. Ibu berpantang makan karena sedang mengalami keadaan khusus yaitu kehamilan dan karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap bahan makanan tersebut. Kepercayaan ini diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan-alasan memantang makanan yang bersangkutan dan sekedar mematuhi tradisi setempat.
Aspek sosial budaya yang tercermin pada pengetahuan dan tindakan berpantang makan pada ibu hamil di Kecamatan Abeli terbentuk secara turun-temurun. Pengetahuan ini merupakan bentukan warisan leluhur yang nampak secara tertutup sebagai norma dan nilai yang yakini kebenarannya (covert behavior) juga nampak juga sebagai perilaku dapat diamati dalam bentuk tindakan (overt behavior) yang tercermin pada ketidakmauan ibu hamil dalam mengkonsumsi makanan yang dianggap dapat membahayakan janin dalam kandungannya sekalipun jenis-jenis makanan tersebut banyak terdapat di Wilayah Abeli.
Di Abeli kebiasaan berpantang ini pada dasarnya juga dihubungkan dengan kepatuhan terhadap orang tua, dukun dan kerabat. Bila tidak melaksanakan pantangan atau melanggarnya maka dianggap membangkang dan tidak patuh terhadap orang tua, dapat mendatangkan akibat yang diasosiasikan dengan bentuk dan sifat dari bahan makanan yang dipantang.
Memperhatikan banyaknya variasi makanan yang dipantang diatas, jenis makanan dipantang yang hampir ditemukan pada semua segmen informan adalah cumi-cumi, gurita, kepiting, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan yang tidak memiliki lidah, ikan pari, ikan yang memiliki banyak duri (terundungan), mengurangi porsi makan selama hamil, durian, nangka, nenas, dan daun kelor. Sedangkan jenis makanan lainnya jarang ditemukan pada segmen informan. Jenis ikan dan lauk yang dipantang oleh ibu hamil di Kecamatan Abeli seperti cumi-cumi, gurita, kepiting, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan yang tidak memiliki lidah, ikan pari, ikan yang memiliki banyak duri (terundungan) banyak ditemukan di daerah ini mengingat wilayah Kecamatan Abeli merupakan wilayah pesisir yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan. Hal ini juga didukung dengan hasil observasi pada jalan raya utama di sepanjang Kecamatan Abeli banyak terdapat penjual bahan makanan golongan hewani ini. Selanjutnya pantangan dari golongan nabati seperti nenas, nangka, durian tidak selalu ada atau bermusim. Berbeda dengan pohon pisang dan pohon kelor yang banyak tumbuh dan dijumpai di Kecamatan Abeli. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ditemukan banyak pohon kelor ditanam disekitar pemukiman warga bahkan ada sebagian warga menjadikan pohon kelor sebagai tanaman pagar di halaman rumah mereka.
Jenis makanan yang banyak dipantang dari golongan hewani (cumi, gurita, golongan ikan) termasuk makanan yang mengandung zat besi golongan hem yaitu zat besi yang berasal dari haemoglobin dan mioglobin. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1-6% (Arief, 2008). Sedang jenis makanan yang banyak dipantang dari golongan nabati seperti daun kelor yang kaya akan zat besi juga beberapa jenis buah yang kaya akan berbagai jenis vitamin yang dibutuhkan untuk membantu penyerapan zat besi didalam tubuh.
Buah pisang mengandung cukup banyak vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C serta memberikan sumbangan mineral cukup berarti seperti kalsium, fosfor, dan zat besi. Buah nenas kaya akan vitamin C yang termasuk kategori unggul, nangka mengandung vitamin C dan vitamin B kompleks juga mengandung mineral esensial yang dibutuhkan tubuh seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Durian mengandung vitamin A dan vitamin C, sedangkan vitamin yang banyak terdapat pada mangga adalah vitamin A, vitamin C dan vitamin B kompleks (Astawan, 2009).
Jenis-jenis vitamin tersebut khususnya vitamin A dan vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat penyerapan Fe di dalam usus dan memindahkannya ke dalam darah, juga terlibat dalam mobilisasi simpanan Fe terutama hemosiderin dalam limpa (Under 1992 dalam Musni 2009). Beberapa hasil penelitian juga memperkuat hal ini yakni hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2009) menyimpulkan bahwa pemberian vitamin C dan vitamin A secara bersamaan berpengaruh pada suplementasi besi folat terhadap kadar hemoglobin ibu hamil anemia di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah.
Telur ayam adalah kapsul alami yang kaya gizi yaitu zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium. Sumber gizi telur lebih banyak pada kuning telurnya dibandingkan dengan yang berwarna putih. Zat besi dan vitamin A telur sebagian besar bahkan seluruhnya terkosentrasi pada kuning telur (Khomzan 2004 dalam Musni 2009) sehingga berpantang telur selama hamil merugikan kesehatan.
Kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan cukup besar pengaruhnya pada kehamilan dan masalah gizi. Pantangan makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentu akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Menurut Subowo (2008) penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Penelitian oleh Idrus (1998) pada suku Bajo yang ada di Kabupaten Kendari, terdapat pantangan bagi wanita hamil yakni tidak boleh mengambil makanan dari periuk dengan tangannya, tidak boleh makan dengan menggunakan piring yang besar, dan dilarang makan sayur yang terbuat dari daun kelor. Sebahagian besar pantangan-pantangan ini masih diyakini dan dilaksanakan oleh ibu hamil Suku Bajo yang bermukim di wilayah pesisir Kecamatan Abeli. Selain itu konsep asosiasi dengan bentuk sifat dari bahan makanan yang dipantang merupakan cerminan dari rasa altruisme seorang ibu terhadap anaknya. Altruisme ini tercermin sebagai perhatian terhadap kesejahteraan jabang bayi yang dikandung tanpa memperhatikan diri sendiri, bagi sebahagian orang  tua perilaku ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang kepada janin (calon anak) yang akan dilahirkan tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan yang akan didapatkan. Sumber pengetahuan berpantang makanan ini berlangsung secara turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang dianggap panutan, semisal orang tua atau dukun. Apa yang mereka sebut sebagai ”pengetahuan” itu sebenarnya bukan merupakan pengetahuan yang dipelajari, namun yang didapatkan dalam daur kehidupan sebagai pewarisan kebudayaan mereka. Khusus di Kecamatan Abeli pemeliharaan kesehatan dan cara-cara penanggulangan masalah kehamilan dilakukan dengan menghindari pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat dan didasarkan atas sistem kepercayaan yang berlaku secara turun-temurun sebagai pewarisan kebudayaan.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem nilai, norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermula dilingkungan keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat luas (Herimanto dan Winarno, 2008).
Pantangan atau larangan makan dalam proses kehamilan sangat mempengaruhi kecukupan zat gizi pada ibu hamil, padahal seorang ibu yang sedang hamil seharusnya terpenuhi kecukupan gizinya untuk kepentingan dirinya sendiri dan janin yang sedang dikandungnya. Ibu hamil yang masih secara konsisten berpantang makan banyak ditemukan pada ibu hamil dengan gejala anemia. Selain kebiasaan berpantang makan, ditemukan juga beberapa ibu hamil yang tidak melaksanakan pantangan tersebut. Hal ini dapat dijadikan acuan walaupun masih memerlukan pembuktian lebih lanjut bahwa ibu hamil yang masih konsisten berpantang makan mempunyai kontribusi terhadap kejadian anemia.
Wilayah Abeli sebagian besar adalah wilayah pesisir yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan namun kurang mendayagunakan sumber-sumber hasil laut sebahai bahan konsumsi makanan bernilai gizi.









BAB III
PENUTUP
1.     Kesimpulan
Dari teori dapat diambil kesipulan bahwa komplikasi pada ibu hamil sangat berbahaya yaitu anemia bisa mengakibatkan kekurangan darah yang berlebihan karena Hb nya rendah seperti kasus ibu rukiah yang mengalami anemia pasca operasi SC.

Masalah anemia sangat berbahaya sebelum terjadi anemia kita harus mencegahnya dengan mengonsumsi zat besi yang cukup dan vitamin, makanan yang mengandung zat besi  sebelum dan sesudah melahirkan agar tidak terjadi komplikasi yang tidak siinginkan 

2.     Saran
Sebaiknya ibu harus banyak istirahat total selalu mengonsumsi makanan yang berzat besi, bidan harus memberikan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi komplikasi yaitu anemia yang mengakibatkan ibu tersebut harus di tranfusi darah.












3.     Daftar Pustaka
·       Ekasari,Ns.Mia fatma dkk,2008,”keperawatan Komunitas”,Trans Info Media:Jakarta.
·       Mb,Dr Arisman,2010,”Gizi dalam daur Kehidupan”.Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta.
·       Mohamad,Dr Kartono,1993,”Pertolongan Pertama”PT Gramedia:Jakarta.
·       Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
·       Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
·       Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
·       Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.
·       Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
·       Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP