BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Anemia
atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan lesu akibat
kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Tak hanya pada orang dewasa,
anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia jumlah penderita
anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6–18 tahun) mencapai 65
juta jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita,remaja
putri,ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta
jiwa! ”Artinya, secara kasar bisa dikatakan bahwa satu di antara dua penduduk
Indonesia menderita anemia.Dalam survei juga terlihat angka kejadian anemia lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak
perempuan, dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi
selanjutnya. Ini mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan
melahirkan.
Anemia
bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti
saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa puber. Atau
ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada penderita
wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi atau
pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah terjadinya
gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.
Sebenarnya,
anemia dapat dicegah dengan mudah. Namun karena masyarakat terlalu
menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah, letih, dan lesu saja.
Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan menyebabkan kematian bagi
ibu hamil.
2.
Tujuan
· Tujuan
umum
memenuhi tugas
Sosiologi Kesehatan
Memberikan
asuhan pada ibu yang mengalami komplikasi pasca operasi
· Tujuan
khusus
Mengetahui
bahaya terjadi komplikasi pada ibu nifas
Mengatahui
cara pencegahan anemia
Bagaimana
cara memberi pelayanan pada pasien yang mengalami anemia post sc
Manfaat
Bagi
penulis
Menambah
pengetahuan tentang cara member pelayanan kepada ibu nifas yang mengalami
anemia.
Bagi
tenaga perawat
Untuk
memperdalam ilmu pengetahuan dalam member perawatan pada ibu yang mengalami
anemia dan bagaimana cara mencegahnya.
BAB II
ISI
1. A. Pengertian
Anemia
Anemia dalam
bahasa Yunani: Tanpa darah, Jadi keadaan
saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah
merah berada di bawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .
B.
Penyebab Anemia
Menurut Mochtar (1998) Penyebab anemia pada
umumnya adalah sebagai berikut:
1.
Kurang gizi (malnutrisi)
2.
Kurang zat besi dalam diit
3.
Malabsorpsi
4.
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC
paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. Komplikasi
Akibat Anemia
Komplikasi anemia pada umumnya yang ringan dapat berupa ;
kurangnya konsentrasi, daya tahan tubuh yang berkurang, sampai yang berat bisa
menyebabkan gagal jantung, Anemia
pada kehamilan dapat memberikan komplikasi :
ü pada ibu berupa ; abortus,kelahiran prematur,waktu
bersalin yang berkepanjangan /lama, pendarahan persalinan, shock, gagal jantung
ü Pada anak beruoa ; prematur,kematian janin,cacat
bawaan,cadangan besi yang kurang
Komplikasi anemia pada anak dapat berupa penurunan
kecerdasan, terganggunya perkembangan
koordinasi mental maupun motorik serta mempengaruhi emosi bayi sehingga lebih
penakut, ragu- ragu. Dan bila tidak diindahkan kelainan ini bisa bersifat irreversible.
2.
A. Anemia Pada Ibu hamil
Anemia
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12
gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah,
bahkan murah.Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan
haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan
10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu
(Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu
meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin,
2002).
B. Gejala Anemia pada Ibu Hamil
Gejala
anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah
lebih hebat pada hamil muda.
D. Mengapa Ibu Hamil Rentan Terkena
Anemia
untuk
Ibu yang sedang hamil memang sangat rentan terhadap serangan penyakit anemia
karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga sel darah merah
relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena
mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu persalinan juga akan meningkatkan
risiko anemia.
Jika
hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan pada trimester
kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia. Pengaruh keadaan
anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia.
Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya
hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas
lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi jantung. Secara rutin
biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin sehingga dapat dilakukan terapi.
Penyebab anemia pada kehamilan yang sering adalah karena kurang besi,
E. Bahaya Anemia pada Kehamilan
Penyebab kematian ibu dibagi 2 yaitu
penyebab secara langsung (perdarahan, infeksi dan eklampsia) dan penyebab
secara tidak langsung diantaranya yaitu anemia dalam kehamilan. Anemia dalam
kehamilan ialah suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr %
terutama pada trimester I dan trimester ke III atau kadar Hb <
style="color: rgb(255, 0, 0);">PENYEBAB ANEMIA PADA KEHAMILAN Meningkatnya
kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin Kurangnya asupan zat besi pada
makanan yang dikonsumsi ibu hamil Pola makan ibu terganggu akibat mual selama
kehamilan Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita
akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
F. Klarifikasi Anemia pada kehamilan
Klasifikasi
anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
a)
Anemia
Defisiensi Besi
Adalah
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi
yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
Ø Terapi Oral adalah dengan memberikan
preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian
preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat
untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
Ø Terapi Parenteral baru diperlukan
apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan
penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
· Hb 11 gr% : Tidak anemia
· Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
· Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
· Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata
mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk
janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin
maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan
kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg
zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar
20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu
hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
b)
Anemia
Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh
karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.Pengobatannya:
· Asam folik 15 – 30 mg per hari
· Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
· Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
· Pada kasus berat dan pengobatan per
oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c)
Anemia
Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh
hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d)
Anemia
Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan
penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.
Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi
hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
G. Efek Anemia pada Ibu Hamil,
Bersalin,dan Nifas
Anemia
dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil,
v Trimester I akan dapat
mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital.
v Trimester II dapat menyebabkan:
Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena
infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
v Saat inpartu, anemia dapat
menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan
anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
v Saat post partum anemia dapat
menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah
terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
* Lakukn Pemeriksaan Hitung Darah Lengkap
Untuk
mengetahui terkena Anemia atau tidak, segera lakuakan pemeriksaan hitung darah
lengkap (complete blood count). Jika sel darah merah rendah (kehamilan
mengalami anemia), wanita hamil membutuhkan suplemen tambahan untuk memastikan
perkembangan bayi yang sehat. Segera cari cara terbaik untuk menangani Anemia.
* Konsultasikan Pada Dokter
Periksa
kondisi kandungan dan kesehatan tubuh pada dokter. Jika saat kehamilan
mengalami tanda-tanda Anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk
menanganinya. Biasanya dokter akan memberi resep obat atau melakukan penanganan
anemia, bisa dilakukan secepat mungkin atau menunggu setelah proses melahirkan.
* Mengurangi Pola Diet
Kurangi
proses diet saat kehamilan, karena perubahan pola makan dapat berdampak pada
jumlah sel darah merah. Asam folat dan vitamin C bisa membantu mengaktifkan zat
besi dalam aliran darah dan konsumsi makanan seperti daging, biji-bijian, tahu
yang kaya zat besi.
Anemia
tidak bisa dibiarkan begitu saja, tentunya sangat diperlukan penanganan dan
pengobatan yang tepat. Seimbangan pola hidup anda agar tubuh selalu sehat
selama menjalani kehamilan, disarankan untuk memperbanyak konsumsi sayuran dan
buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh.
I. Terapi yang dapat diLakukan di Rumah
Penyakit
anemia atau kurang darah / hemoglobin dapat disembuhkan dengan menggunakan
terapi jus wortel, bayam, kelapa, celery, bit, dan timun.
Aturan terapinya adalah sebagai berikut:
· Pagi:
Wortel 1 gelas, bayam 1/2 gelas
· Siang:
Wortel 1 gelas, kelapa 1/4 gelas
· Sore:
Wortel 1 gelas, celery 1/2 gelas, bayam 1/3 gelas
· Malam:
Wortel 1 gelas, bit 1/3 gelas, timun 1/3 gelas
Dengan
pengobatan yang rutin dan teratur, niscaya sakit anemia dapat diatasi.
J. Waspadai
jika anda mengalami
· Pendarahan
berkepanjangan, sehingga proses pengurutan rahim terganggu karena dinding rahim
kurang kuat berkontraksi.
· Anemia
pada masa nifas tidak segera diatasi, sehingga menyebabkan rahim tidak mampu
berkontraksi (anemia) atau kontraksi sangat lemah (hipotonia)
· Cukupi
kebutuhan zat besi (fe) disertai vitamin sejak sebelum hamil. Bila perlu dokter
akan member suplemen zat besi.
· Dokter akan member tranfusi
darah apabila hb anda kurang dari 7 gram persen.
K.
KONDISI SOSIAL BUDAYA
BERPANTANG MAKANAN DAN IMPLIKASINYA PADA KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL
Kondisi sosial budaya berpantang makanan dan implikasinya pada kejadian anemia ibu hamil (Studi kasus pada masyarakat pesisir Wilayah Kerja Puskesmas Abeli di Kota Kendari) Tahun 2010 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor sosial budaya ibu hamil anemia dalam berpantang makan pada masyarakat pesisir wilayah kerja Puskesmas Abeli di Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Cara mendapatkan informasi melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam dan observasi lapangan.
Hasil
penelitian menunjukkan terdapat kepercayaan berpantang makan yang kaya akan zat
besi meliputi golongan hewani, nabati, dan gabungan keduanya disamping terdapat
juga makanan yang dianjurkan dikonsumsi yang berasal dari golongan nabati.
Berpantang makan golongan hewani yakni cumi-cumi, udang, kepiting, gurita,
telur bebek dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor,
rebung, tebu, sayur terong, nangka dan papaya muda serta beberapa jenis
buah-buahan. gabungan keduanya berupa mengurangi porsi makan selama hamil dan
pantangan makan di waktu-waktu tertentu.
Kesimpulan
penelitian ini adalah aspek sosial budaya yang berperan dalam kejadian anemia adalah
kepercayaan berpantang makanan tertentu yang kontribusi terhadap kejadian
anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.
L. Hasil
Penelitian yang di Lakukan
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang dipantang oleh ibu hamil selama
masa kehamilan terdiri atas golongan hewani, golongan nabati dan gabungan dari
keduanya (golongan nabati dan hewani).
Makanan yang
dipantang ibu hamil dari golongan hewani adalah cumi-cumi, gurita, kepiting,
daging, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan pari, ikan yang tidak
memiliki lidah, ikan yang memiliki banyak duri (terundungan) dan telur bebek.
Kepercayaan berpantang makan ini didasarkan atas hubungan asosiatif antara
bahan makanan tersebut menurut bentuk atau sifatnya dengan akibat buruk yang
akan ditimbulkan bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil berpantang
makan cumi-cumi sebab cumi-cumi berjalan maju mundur diasosiasikan dengan
proses melahirkan yang sulit di pintu lahir, bayi akan menyulitkan persalinan
dengan maju mundur pada saat proses kelahiran.
Kepiting
dilarang karena dikhawatirkan anak akan nakal dan suka menggigit jika besar.
Gurita dilarang sebab bersifat lembek diasosiasikan dengan bayi yang juga akan
lemah fisiknya seperti gurita. Kepiting dan udang yang baru ganti kulit
dilarang sebab bertekstur lembek tidak bertulang diasosiasikan dengan anak yang
juga akan lemah tak bertulang jika lahir, begitu juga dengan ikan pari
dipantang karena memiliki tulang lembut dipercayai akan menyebabkan bayi juga
bertulang lembut, daging dipantang karena dikhawatirkan ibu akan kesulitan
melahirkan jika bayinya terlalu sehat, ikan yang bemiliki banyak duri
(terundungan) dilarang karena akan menyebabkan perasaan ibu hamil tidak enak
dan menimbulkan rasa panas selama kehamilan, telur bebek dipantang karena akan
menyulitkan persalinan.
Makanan yang
dipantang oleh ibu hamil dari golongan nabati adalah mangga macan, durian,
nenas, nangka, sayur rebung, pisang kembar, daun kelor, nangka muda, kelapa
muda, pepaya muda, terong dan tebu.
Ibu hamil
berpantang makan mangga macan, durian, nenas, dan nangka karena dianggap
bersifat panas dikaitkan dengan keyakinan dikotomi panas dingin. Ibu hamil
dianggap dalam kondisi dingin sehingga tidak boleh makan makanan yang sifatnya
panas sebab dapat menyebabkan keguguran kandungan pada umur kehamilan muda.
Kelapa muda dipantang pada awal kehamilan karena dapat mengakibatkan keguguran,
rebung dilarang karena dikhawatirkan akan menyebabkan anak memiliki banyak
bulu/rambut jika lahir, pisang kembar dipantang diasosiasikan anak juga akan
kembar jika lahir, daun kelor dilarang karena mengandung getah yang pedis yang
akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran dikenal dengan sebutan
“getah kelor”, juga karena daun kelor yang berakar diasosiasikan dengan ari-ari
bayi yang juga akan berakar.
Ibu hamil
berpantang mengkonsumsi nangka muda karena nangka muda juga memiliki getah yang
akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran. Pepaya muda dipantang
karena dapat menyebabkan gatal-gatal pada ibu hamil dan bayi yang ada didalam
kandungan. Terong dilarang karena juga dapat mengakibatkan gatal-gatal pada ibu
dan bayinya. Tebu dilarang karena akan menyebabkan rasa sakit karena ibu akan
mengeluarkan banyak air mendahului proses kelahiran diasosiasikan dengan tebu
yang juga mengandung banyak air.
Berpantang
makan dari golongan hewani dan nabati berupa: mengurangi porsi makan
(kuantitas), pantangan makan sembunyi-sembunyi, dan pantangan makan di
waktu-waktu tertentu. Berpantang makan dipiring besar juga disertai tidak boleh
makan dengan beberapa piring.
Makan
dipiring besar diasosiasikan dengan bayi yang juga akan memiliki ari-ari yang
besar dan dapat menyulitkan persalinan. Makan dipiring terpisah diyakini akan
mengakibatkan proses melahirkan akan tersendat-sendat. Makan sembunyi-sembunyi
saat hamil di yakini akan menyulitkan persalinan dengan keluarnya feses pada
saat melahirkan. Makan diwaktu magrib dipantang sebab waktu magrib diasosiasikan
dengan waktu keluarnya makhluk halus yang dapat membahayakan kehamilan.
Informasi
yang diperoleh dari salah satu tokoh masyarakat (HS, 71 tahun) mengenai
pantangan dan larangan selama kehamilan, larangan-larangan dan pemali-pemali
banyak ditemui pada suku Bugis, Buton dan Bajo. Khusus pada suku Tolaki
kepercayaan dan pantangan-pantangan tersebut sudah jarang ditemukan bahkan
tidak ada. Hal ini juga di dukung dengan hasil observasi kepada salah satu ibu
hamil dari Suku Tolaki (ER, 32 tahun) yang menyatakan bahwa selama hamil dari
anak pertama hingga anak ketiga tidak ada pantangan makan dan pemali yang
dianut dan dilaksanakannya.
M. Pembahasan
dari Penelitian
Penyebab
anemia dalam kehamilan sebenarnya merupakan rangkaian masalah sejak seorang
wanita lahir sampai dengan tuanya. Di dalam proses daur hidup ini kehamilan
bisa menjadi sebuah tahapan yang menjadi akibat dari proses sebelumnya. Seorang
ibu hamil umumnya mengalami anemia, bukan saja karena kehamilannya, tetapi
karena anemia yang dibawa sejak usia reproduktif. Secara umum sebagaimana
dinyatakan oleh Adrina dkk (1998) dalam Zaluchu (2007), adalah lazim adanya
kepercayaan-kepercayaan tertentu, menyangkut ibu hamil dan anak yang
dikandungnya, sehingga bagi ibu hamil dikenakan banyak keharusan atau larangan
tertentu baik yang
berhubungan
dengan makanan yang boleh atau tidak dikonsumsi termasuk perbuatan yang
dianjurkan maupun yang dipantang selama kehamilan. Masyarakat dimanapun di
dunia memiliki kategori-kategori tentang makananan yang dikenalnya dalam
lingkungan yang didasarkan atas konsepsi budaya. Dalam kategori makanan itu,
bahan-bahan makanan yang dikategorikan sebagai makanan juga termasuk pemahaman
tentang makna secara budaya cara mengkonsumsinya maupun kelompok yang
mengkonsumsinya.
Kategori makanan bagi wanita hamil berkenaan dengan pandangan budaya tentang makanan yang dianggap baik sehingga harus dikonsumsi maupun yang dianggap dapat memberikan dampak buruk bagi dirinya dan bayi dalam kandungannya sehingga harus dihindari. Makanan yang dianggap baik digolongkan sebagai makanan yang dianjurkan dan makanan yang memberikan dampak buruk digolongkan sebagai makanan yang dipantang.
Makanan pantang adalah bahan makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya. Ibu berpantang makan karena sedang mengalami keadaan khusus yaitu kehamilan dan karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap bahan makanan tersebut. Kepercayaan ini diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan-alasan memantang makanan yang bersangkutan dan sekedar mematuhi tradisi setempat.
Kategori makanan bagi wanita hamil berkenaan dengan pandangan budaya tentang makanan yang dianggap baik sehingga harus dikonsumsi maupun yang dianggap dapat memberikan dampak buruk bagi dirinya dan bayi dalam kandungannya sehingga harus dihindari. Makanan yang dianggap baik digolongkan sebagai makanan yang dianjurkan dan makanan yang memberikan dampak buruk digolongkan sebagai makanan yang dipantang.
Makanan pantang adalah bahan makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya. Ibu berpantang makan karena sedang mengalami keadaan khusus yaitu kehamilan dan karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap bahan makanan tersebut. Kepercayaan ini diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan-alasan memantang makanan yang bersangkutan dan sekedar mematuhi tradisi setempat.
Aspek sosial
budaya yang tercermin pada pengetahuan dan tindakan berpantang makan pada ibu
hamil di Kecamatan Abeli terbentuk secara turun-temurun. Pengetahuan ini
merupakan bentukan warisan leluhur yang nampak secara tertutup sebagai norma
dan nilai yang yakini kebenarannya (covert behavior) juga nampak juga sebagai
perilaku dapat diamati dalam bentuk tindakan (overt behavior) yang tercermin
pada ketidakmauan ibu hamil dalam mengkonsumsi makanan yang dianggap dapat
membahayakan janin dalam kandungannya sekalipun jenis-jenis makanan tersebut banyak
terdapat di Wilayah Abeli.
Di Abeli
kebiasaan berpantang ini pada dasarnya juga dihubungkan dengan kepatuhan
terhadap orang tua, dukun dan kerabat. Bila tidak melaksanakan pantangan atau
melanggarnya maka dianggap membangkang dan tidak patuh terhadap orang tua,
dapat mendatangkan akibat yang diasosiasikan dengan bentuk dan sifat dari bahan
makanan yang dipantang.
Memperhatikan
banyaknya variasi makanan yang dipantang diatas, jenis makanan dipantang yang
hampir ditemukan pada semua segmen informan adalah cumi-cumi, gurita, kepiting,
kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan yang tidak memiliki lidah, ikan
pari, ikan yang memiliki banyak duri (terundungan), mengurangi porsi makan
selama hamil, durian, nangka, nenas, dan daun kelor. Sedangkan jenis makanan
lainnya jarang ditemukan pada segmen informan. Jenis ikan dan lauk yang
dipantang oleh ibu hamil di Kecamatan Abeli seperti cumi-cumi, gurita,
kepiting, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan yang tidak memiliki
lidah, ikan pari, ikan yang memiliki banyak duri (terundungan) banyak ditemukan
di daerah ini mengingat wilayah Kecamatan Abeli merupakan wilayah pesisir yang
mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan. Hal ini juga didukung
dengan hasil observasi pada jalan raya utama di sepanjang Kecamatan Abeli
banyak terdapat penjual bahan makanan golongan hewani ini. Selanjutnya
pantangan dari golongan nabati seperti nenas, nangka, durian tidak selalu ada
atau bermusim. Berbeda dengan pohon pisang dan pohon kelor yang banyak tumbuh
dan dijumpai di Kecamatan Abeli. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
ditemukan banyak pohon kelor ditanam disekitar pemukiman warga bahkan ada
sebagian warga menjadikan pohon kelor sebagai tanaman pagar di halaman rumah
mereka.
Jenis
makanan yang banyak dipantang dari golongan hewani (cumi, gurita, golongan
ikan) termasuk makanan yang mengandung zat besi golongan hem yaitu zat besi
yang berasal dari haemoglobin dan mioglobin. Zat besi pada pangan hewani lebih
tinggi penyerapannya yaitu 20-30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1-6%
(Arief, 2008). Sedang jenis makanan yang banyak dipantang dari golongan nabati
seperti daun kelor yang kaya akan zat besi juga beberapa jenis buah yang kaya
akan berbagai jenis vitamin yang dibutuhkan untuk membantu penyerapan zat besi
didalam tubuh.
Buah pisang mengandung cukup banyak vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C serta memberikan sumbangan mineral cukup berarti seperti kalsium, fosfor, dan zat besi. Buah nenas kaya akan vitamin C yang termasuk kategori unggul, nangka mengandung vitamin C dan vitamin B kompleks juga mengandung mineral esensial yang dibutuhkan tubuh seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Durian mengandung vitamin A dan vitamin C, sedangkan vitamin yang banyak terdapat pada mangga adalah vitamin A, vitamin C dan vitamin B kompleks (Astawan, 2009).
Buah pisang mengandung cukup banyak vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C serta memberikan sumbangan mineral cukup berarti seperti kalsium, fosfor, dan zat besi. Buah nenas kaya akan vitamin C yang termasuk kategori unggul, nangka mengandung vitamin C dan vitamin B kompleks juga mengandung mineral esensial yang dibutuhkan tubuh seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Durian mengandung vitamin A dan vitamin C, sedangkan vitamin yang banyak terdapat pada mangga adalah vitamin A, vitamin C dan vitamin B kompleks (Astawan, 2009).
Jenis-jenis
vitamin tersebut khususnya vitamin A dan vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat
penyerapan Fe di dalam usus dan memindahkannya ke dalam darah, juga terlibat
dalam mobilisasi simpanan Fe terutama hemosiderin dalam limpa (Under 1992 dalam
Musni 2009). Beberapa hasil penelitian juga memperkuat hal ini yakni hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2009) menyimpulkan bahwa pemberian
vitamin C dan vitamin A secara bersamaan berpengaruh pada suplementasi besi folat
terhadap kadar hemoglobin ibu hamil anemia di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah.
Telur ayam adalah kapsul alami yang kaya gizi yaitu zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium. Sumber gizi telur lebih banyak pada kuning telurnya dibandingkan dengan yang berwarna putih. Zat besi dan vitamin A telur sebagian besar bahkan seluruhnya terkosentrasi pada kuning telur (Khomzan 2004 dalam Musni 2009) sehingga berpantang telur selama hamil merugikan kesehatan.
Kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan cukup besar pengaruhnya pada kehamilan dan masalah gizi. Pantangan makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentu akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Menurut Subowo (2008) penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Telur ayam adalah kapsul alami yang kaya gizi yaitu zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium. Sumber gizi telur lebih banyak pada kuning telurnya dibandingkan dengan yang berwarna putih. Zat besi dan vitamin A telur sebagian besar bahkan seluruhnya terkosentrasi pada kuning telur (Khomzan 2004 dalam Musni 2009) sehingga berpantang telur selama hamil merugikan kesehatan.
Kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan cukup besar pengaruhnya pada kehamilan dan masalah gizi. Pantangan makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentu akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Menurut Subowo (2008) penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Penelitian
oleh Idrus (1998) pada suku Bajo yang ada di Kabupaten Kendari, terdapat
pantangan bagi wanita hamil yakni tidak boleh mengambil makanan dari periuk
dengan tangannya, tidak boleh makan dengan menggunakan piring yang besar, dan
dilarang makan sayur yang terbuat dari daun kelor. Sebahagian besar
pantangan-pantangan ini masih diyakini dan dilaksanakan oleh ibu hamil Suku
Bajo yang bermukim di wilayah pesisir Kecamatan Abeli. Selain itu konsep
asosiasi dengan bentuk sifat dari bahan makanan yang dipantang merupakan
cerminan dari rasa altruisme seorang ibu terhadap anaknya. Altruisme ini
tercermin sebagai perhatian terhadap kesejahteraan jabang bayi yang dikandung
tanpa memperhatikan diri sendiri, bagi sebahagian orang tua perilaku ini merupakan kewajiban yang
harus dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang kepada janin (calon anak) yang
akan dilahirkan tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan yang akan
didapatkan. Sumber pengetahuan berpantang makanan ini berlangsung secara turun
temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang dianggap panutan, semisal
orang tua atau dukun. Apa yang mereka sebut sebagai ”pengetahuan” itu
sebenarnya bukan merupakan pengetahuan yang dipelajari, namun yang didapatkan
dalam daur kehidupan sebagai pewarisan kebudayaan mereka. Khusus di Kecamatan
Abeli pemeliharaan kesehatan dan cara-cara penanggulangan masalah kehamilan
dilakukan dengan menghindari pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat
dan didasarkan atas sistem kepercayaan yang berlaku secara turun-temurun
sebagai pewarisan kebudayaan.
Pewarisan
kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi
atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap
individu dengan sistem nilai, norma, adat, dan peraturan hidup dalam
kebudayaannya. Proses enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak,
bermula dilingkungan keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat luas
(Herimanto dan Winarno, 2008).
Pantangan atau larangan makan dalam proses kehamilan sangat mempengaruhi kecukupan zat gizi pada ibu hamil, padahal seorang ibu yang sedang hamil seharusnya terpenuhi kecukupan gizinya untuk kepentingan dirinya sendiri dan janin yang sedang dikandungnya. Ibu hamil yang masih secara konsisten berpantang makan banyak ditemukan pada ibu hamil dengan gejala anemia. Selain kebiasaan berpantang makan, ditemukan juga beberapa ibu hamil yang tidak melaksanakan pantangan tersebut. Hal ini dapat dijadikan acuan walaupun masih memerlukan pembuktian lebih lanjut bahwa ibu hamil yang masih konsisten berpantang makan mempunyai kontribusi terhadap kejadian anemia.
Pantangan atau larangan makan dalam proses kehamilan sangat mempengaruhi kecukupan zat gizi pada ibu hamil, padahal seorang ibu yang sedang hamil seharusnya terpenuhi kecukupan gizinya untuk kepentingan dirinya sendiri dan janin yang sedang dikandungnya. Ibu hamil yang masih secara konsisten berpantang makan banyak ditemukan pada ibu hamil dengan gejala anemia. Selain kebiasaan berpantang makan, ditemukan juga beberapa ibu hamil yang tidak melaksanakan pantangan tersebut. Hal ini dapat dijadikan acuan walaupun masih memerlukan pembuktian lebih lanjut bahwa ibu hamil yang masih konsisten berpantang makan mempunyai kontribusi terhadap kejadian anemia.
Wilayah
Abeli sebagian besar adalah wilayah pesisir yang mayoritas penduduknya
berprofesi sebagai nelayan namun kurang mendayagunakan sumber-sumber hasil laut
sebahai bahan konsumsi makanan bernilai gizi.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari teori dapat diambil kesipulan bahwa komplikasi pada
ibu hamil sangat berbahaya yaitu anemia bisa mengakibatkan kekurangan darah
yang berlebihan karena Hb nya rendah seperti kasus ibu rukiah yang mengalami
anemia pasca operasi SC.
Masalah anemia sangat berbahaya sebelum terjadi anemia
kita harus mencegahnya dengan mengonsumsi zat besi yang cukup dan vitamin,
makanan yang mengandung zat besi sebelum
dan sesudah melahirkan agar tidak terjadi komplikasi yang tidak siinginkan
2.
Saran
Sebaiknya ibu harus banyak istirahat total selalu
mengonsumsi makanan yang berzat besi, bidan harus memberikan penyuluhan dan
konseling pada ibu hamil bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi komplikasi
yaitu anemia yang mengakibatkan ibu tersebut harus di tranfusi darah.
3.
Daftar
Pustaka
· Ekasari,Ns.Mia
fatma dkk,2008,”keperawatan Komunitas”,Trans
Info Media:Jakarta.
· Mb,Dr
Arisman,2010,”Gizi dalam daur Kehidupan”.Penerbit
Buku Kedokteran:Jakarta.
· Mohamad,Dr
Kartono,1993,”Pertolongan Pertama”PT
Gramedia:Jakarta.
· Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
· Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
· Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
· Notobroto. 2003. Insiden Anemia.
http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.
· Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
· Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Tulisan saya banyak anda kutip di tulisan di atas,. Kok ga ada sumber referensinya,, :) #mhn di tuliskan sumber tulisan
BalasHapussalam
hartatibahar
www.tatikbahar.blogspot.com