Nama
: Viena
Fatikhah
Tugas
: Patologi
(Pneumokoniosis)
I.
Pengertian
Pneumokoniosis
adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu di dalam
jaringan paru-paru . Biasanya berupa debu mineral , tergantung dari jenis debu
mineral yang ditimbun , nama penyakit nyapun berbeda-beda , tergantung dari
derajat dan banyaknya debu yang ditimbum didalam paru-paru
Ketika
bernafas udara yang mengandung debu masuk kedalam paru-paru , tidak semua debu
dapat menimbun didalam jaringan paru-paru , karena tergantung dari besar ukuran
tersebut.
II.
Jenis
debu yang masuk, Debu-debu :
· yang berukuran 5 – 10 mikron akan
ditahan oleh jalan nafas bagian atas.
· sedangkan yang berukuran 3 – 5
mikron ditahan dibagian tengah jalan nafas.
· Partikel-partikel yang berukuran 1 –
3 mikron akan ditempatkan langsung di permukaan jaringan dalam paru-paru.
III.
Gejala-gejala
yang terjadi
Secara
umum gejala – gejalanya antara lain batuk – batuk kering saat nafas , kelelahan
umum , berat badan berkurang dan lain-lain
Gambaran
Rontgen menunjukkan adanya kelainan dalam paru – paru , namun pemeriksaan
ditempat kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga sebagai penyebab
pneumokoniasis
IV.
Beberapa
penyakit termasuk dalam pneumokoniasis yang banyak dijumpai antara lain :
1.
SILIKOSIS
Silikosis
adalah peneumokoniasis yang disebabkan menghisap ( inhalasi ) debu silica bebas
( SiO2 )
Pekerja
yang berisiko mengakibatkan penyakit ini antara lain menambang dan ekstraksi
batu batu keras , pekerja tehnik sipil dengan batu-batu keras , penghalusan dan
pemolesan batu , pabrik keramik serta pekerja – pekerja yang menggunakan pasir
sebagai amplas
a.
Tergantung
berat pada ringannya penyakit , silicosis digolongkan menjadi 3 tingkat:
·
Silikosis
sederhana , ditandai dengan sesak nafas ( dysnoea ) ketika bekerja
, mula-mula ringan kemudian bertambah berat , kadang-kadangdisertai batuk
kering atau tanpa dahak sreta gangguan bekerja sedikit atau hamper tidak
terganggu sama sekali
·
tingkat
sedang selalu ditemui gangguan kemampuan untuk bekerja atau kemampuan bekerja
yang sangat berkurang.
·
sedangkan
pada tingkat berat sesak nafas mengakibatkan cacat total atau tidak mampu
melakukan pekerjaan sama sekali
Hal
yang perlu diwaspadahi para pekerja yang terpapar silica memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk menderita penyakit tubercolusis
b.
Faktor
Penyebab penyakit tubercolusis adalah bakteri Myo Bacterium Tuberculosis ,
factor yang mempermudah penyebaran penyakit infeksi ini antara lain:
· lingkungan kerja yang padat dengan
tenaga kerja
· gizi buruk
· serta tingginya angka
kesakitan penyebab tuberkolusis
Hubungan
paparan kumulatif ( penjumplahan kadar diudara dan lamanya paparan )
serta lamanya debu didalam paru-paru Sampai saat ini belum jelas mekanisme
silika bebas menimbulkan sislikosis ,
c.
empat
teori tentang mekanisme Silika
a) Teori mekanisme yang menganggap
permukaan runcing debu-debu merangsang terjadinya penyakit.
b) Teori electromagnetic yang menduga
bahwa gelombang gelombang electromagnetic sebagai penyebab fibrosis paru-paru
c) Teori silikat yang menjelaskan bahwa
SiO2 bereaksi dengan air dan jaringan paru-paru , sehingga terbentuk
silikat yang mengakibatkan kelainan pada paru-paru
d) Teori immunologis , dalam halmini
tubuh mengadakan zat anti yang bereaksi di paru-paru dengan antigen yang
berasal dari debu
2.
Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit
akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari
udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling
utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik
dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik
beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam
paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai
dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar.
Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu
asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan
kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3.
Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit
pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di
udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas
ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan
dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas
atau tekstil; seperti tempatpembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain
sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis
cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini
berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu
hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja
yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak
nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan
juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau
berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4.
Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya
dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang
banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur
besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta
pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Masa
inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan
juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga
ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang
juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan
penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut
silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis
murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.
5.
Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam
berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk
halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut
beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak
napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang
menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen,
pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang
industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja
yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga
menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis
yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5
tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut.
Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang
mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul.
Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan
sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam
tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.
V.
Pneumokoniosis Jinak (Benign Pneumoconioses)
Pneumokoniosis
Jinak (Benign Pneumoconioses) adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
sejumlah besar debu di dalam paru-paru, yang sifatnya jinak. Debu yang terhirup
adalah debu di udara yang pada proses inhalasi tertahan di paru-paru.
Jumlah debu yang tertimbun tergantung kepada lamanya pemaparan, konsentrasi debu di dalam udara yang terhirup, volume udara yang dihirup setiap menitnya dan sifat pernafasannya.
Pernafasan yang lambat dan dalam, cenderung akan mengendapkan lebih banyak debu daripada pernafasan yang cepat dan dangkal. Debu di dalam paru-paru menyebabkan suatu reaksi jaringan, yang jenis dan lokasinya bervariasi, tergantung kepada jenis debunya.
Jumlah debu yang tertimbun tergantung kepada lamanya pemaparan, konsentrasi debu di dalam udara yang terhirup, volume udara yang dihirup setiap menitnya dan sifat pernafasannya.
Pernafasan yang lambat dan dalam, cenderung akan mengendapkan lebih banyak debu daripada pernafasan yang cepat dan dangkal. Debu di dalam paru-paru menyebabkan suatu reaksi jaringan, yang jenis dan lokasinya bervariasi, tergantung kepada jenis debunya.
VI.
PENYEBAB
Pneumokoniosis
jinak bisa disebabkan oleh terhirupnya debu logam besi, perak/kaleng dan
barium. Siderosis terjadi sebagai akibat dari terhirupnya oksida besi, baritosis
terjadi karena menghirup barium dan stannosis terjadi karena terhisapnya
unsur-unsur perak. Pemaparan debu besi terjadi pada proses penambangan,
penggilingan dan pemotongan logam. Terhirupnya debu besi, perak maupun barium,
menyebabkan perubahan struktur paru yang sangat ringan sehingga hanya
menimbulkan sedikit gejala. Tetapi reaksi jaringan ini bisa terlihat pada
rontgen dada sebagai sejumlah besar daerah-daerah kecil yang tidak tembus
cahaya. Selama proses inspirasi (menghirup udara), partikel debu di
udara yang memiliki garis tengah lebih dari 10 mm, disaring oleh bulu-bulu di
hidung. Partikel debu lainnya, yang masuk melalui mulut, disimpan di dalam saluran
pernafasan bagian atas. Partikel debu yang berdiameter 5-10 mm, cenderung akan
tinggal di dalam lendir yang menyelimuti bronkus dan bronkiolus,
kemudian disapu ke arah tenggorokan oleh rambut-rambut lembut (silia).
Dari tenggorokan mereka akan dibatukkan atau dibuang, tetapi beberapa diantaranya
ada yang tertelan. Partikel berdiameter kurang dari 5 mm, lebih mudah mencapai
jaringan paru-paru.
VII.
GEJALA
Meskipun
debu dari logam tersebut tampak jelas pada foto dada, tetapi tidak menimbulkan
banyak reaksi di paru-paru sehingga tidak timbul gejala maupun gangguan fungsi
paru.
VIII.
DIAGNOSA
Pada
rontgen dada tampak nodul tak tembus cahaya yang berbentuk bundar atau
menyerupai jala.
IX.
PENGOBATAN
Karena
tidak timbul gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar