Selasa, 02 April 2013

pneumokoniosis


Nama                               : Viena Fatikhah

Tugas                     : Patologi (Pneumokoniosis)


      I.          Pengertian

Pneumokoniosis adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu di dalam jaringan paru-paru . Biasanya berupa debu mineral , tergantung dari jenis debu mineral yang ditimbun , nama penyakit nyapun berbeda-beda , tergantung dari derajat dan banyaknya  debu yang ditimbum didalam paru-paru

Ketika bernafas udara yang mengandung debu masuk kedalam paru-paru , tidak semua debu dapat menimbun didalam jaringan paru-paru , karena tergantung dari besar ukuran tersebut.

    II.          Jenis debu yang masuk, Debu-debu :

·       yang berukuran 5 – 10 mikron akan ditahan oleh jalan nafas bagian atas.
·       sedangkan yang berukuran 3 – 5 mikron ditahan dibagian tengah jalan nafas.
·       Partikel-partikel yang berukuran 1 – 3 mikron akan ditempatkan langsung di permukaan jaringan dalam paru-paru.

  III.          Gejala-gejala yang terjadi

Secara umum gejala – gejalanya antara lain batuk – batuk kering saat nafas , kelelahan umum , berat badan berkurang dan lain-lain
Gambaran Rontgen menunjukkan adanya kelainan dalam paru – paru , namun pemeriksaan ditempat kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga sebagai penyebab pneumokoniasis

  IV.          Beberapa penyakit termasuk dalam pneumokoniasis yang banyak dijumpai antara lain :

1.     SILIKOSIS

Silikosis adalah peneumokoniasis yang disebabkan menghisap ( inhalasi ) debu silica bebas ( SiO2 )
Pekerja yang berisiko mengakibatkan penyakit ini antara lain menambang dan ekstraksi batu batu keras , pekerja tehnik sipil dengan batu-batu keras , penghalusan dan pemolesan batu , pabrik keramik serta pekerja – pekerja yang menggunakan pasir sebagai amplas

a.     Tergantung berat pada ringannya penyakit , silicosis digolongkan menjadi 3 tingkat:
·       Silikosis sederhana , ditandai dengan sesak nafas  ( dysnoea )  ketika bekerja , mula-mula ringan kemudian bertambah berat , kadang-kadangdisertai batuk kering atau tanpa dahak sreta gangguan bekerja sedikit atau hamper tidak terganggu sama sekali

·       tingkat sedang selalu ditemui gangguan kemampuan untuk bekerja atau kemampuan bekerja yang sangat berkurang.

·       sedangkan pada tingkat berat sesak nafas mengakibatkan cacat total atau tidak mampu melakukan pekerjaan sama sekali

Hal yang perlu diwaspadahi para pekerja yang terpapar silica memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit tubercolusis 

b.     Faktor Penyebab penyakit  tubercolusis adalah bakteri Myo Bacterium Tuberculosis , factor yang mempermudah penyebaran penyakit infeksi ini antara lain:
·       lingkungan kerja yang padat dengan tenaga kerja
·       gizi buruk
·       serta tingginya angka kesakitan  penyebab tuberkolusis

Hubungan paparan kumulatif ( penjumplahan kadar diudara dan lamanya paparan  ) serta lamanya debu didalam paru-paru Sampai saat ini belum jelas mekanisme silika bebas menimbulkan sislikosis ,

c.     empat teori tentang mekanisme Silika

a)    Teori mekanisme yang menganggap permukaan runcing debu-debu merangsang terjadinya penyakit.
b)    Teori electromagnetic yang menduga bahwa gelombang gelombang electromagnetic sebagai penyebab fibrosis paru-paru
c)     Teori silikat yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan air dan jaringan paru-paru  , sehingga terbentuk silikat yang mengakibatkan kelainan pada paru-paru
d)    Teori immunologis , dalam halmini tubuh mengadakan zat anti yang bereaksi di paru-paru dengan antigen yang berasal dari debu


2.      Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh  debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama  adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak  maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3.      Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempatpembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

4.      Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang  menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.

5.      Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis  yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis  mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja  yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.

    V.          Pneumokoniosis Jinak (Benign Pneumoconioses)  
Pneumokoniosis Jinak (Benign Pneumoconioses) adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya sejumlah besar debu di dalam paru-paru, yang sifatnya jinak. Debu yang terhirup adalah debu di udara yang pada proses inhalasi tertahan di paru-paru.
Jumlah debu yang tertimbun tergantung kepada lamanya pemaparan, konsentrasi debu di dalam udara yang terhirup, volume udara yang dihirup setiap menitnya dan sifat pernafasannya.
Pernafasan yang lambat dan dalam, cenderung akan mengendapkan lebih banyak debu daripada pernafasan yang cepat dan dangkal. Debu di dalam paru-paru menyebabkan suatu reaksi jaringan, yang jenis dan lokasinya bervariasi, tergantung kepada jenis debunya.
  VI.          PENYEBAB
Pneumokoniosis jinak bisa disebabkan oleh terhirupnya debu logam besi, perak/kaleng dan barium. Siderosis terjadi sebagai akibat dari terhirupnya oksida besi, baritosis terjadi karena menghirup barium dan stannosis terjadi karena terhisapnya unsur-unsur perak. Pemaparan debu besi terjadi pada proses penambangan, penggilingan dan pemotongan logam. Terhirupnya debu besi, perak maupun barium, menyebabkan perubahan struktur paru yang sangat ringan sehingga hanya menimbulkan sedikit gejala. Tetapi reaksi jaringan ini bisa terlihat pada rontgen dada sebagai sejumlah besar daerah-daerah kecil yang tidak tembus cahaya. Selama proses inspirasi (menghirup udara), partikel debu di udara yang memiliki garis tengah lebih dari 10 mm, disaring oleh bulu-bulu di hidung. Partikel debu lainnya, yang masuk melalui mulut, disimpan di dalam saluran pernafasan bagian atas. Partikel debu yang berdiameter 5-10 mm, cenderung akan tinggal di dalam lendir yang menyelimuti bronkus dan bronkiolus, kemudian disapu ke arah tenggorokan oleh rambut-rambut lembut (silia). Dari tenggorokan mereka akan dibatukkan atau dibuang, tetapi beberapa diantaranya ada yang tertelan. Partikel berdiameter kurang dari 5 mm, lebih mudah mencapai jaringan paru-paru.
 
VII.          GEJALA
Meskipun debu dari logam tersebut tampak jelas pada foto dada, tetapi tidak menimbulkan banyak reaksi di paru-paru sehingga tidak timbul gejala maupun gangguan fungsi paru.

VIII.          DIAGNOSA
Pada rontgen dada tampak nodul tak tembus cahaya yang berbentuk bundar atau menyerupai jala.
  IX.          PENGOBATAN
Karena tidak timbul gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar